Melongok Desa Milyarder
Gresik :
Tengoklah Sekapuk. Desa yang ada di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, awalnya tak banyak diperhitungkan dan dipandang sebelah mata oleh pemerintah setempat. Lahannya tandus. Kawasannya kumuh.
Desa yang dikelilingi perbukitan kapur ini dihuni 4.673 warga yang tercakup dalam 1.257 KK. Mereka ini tersebar di 29 RT dan 5 RW.
Sejak lama, warga desa ini mengambil batu-batu kapur yang ada di area perbukitan itu. Ketika batu kapur sudah tak lagi bisa diambil, mereka meninggalkan begitu saja. Bahkan sejak 2003-2017 bekas galian kapur itu dijadikan tempat pembuangan sampah warga. Sampah menggunung.
Melihat kumuhnya kawasan itu, Abdul Halim, Kepala Desa Sekapuk 2017-2023, memutar otak. Ia tak ingin kawasan desanya bersih. Untuk mewujudkan tekadnya itu, ia mengumpulkan warga. Kepada mereka, Halim mengajak bersama-sama untuk membersihkan lingkungan dan menjadikan desanya menjadi desa yang maju.
Pada 2018, ia mengajak warga untuk membersihkan sampah yang ada di bekas galian tambang itu. "Saya melihat tempat ini cocok dijadikan tempat wisata," kata Halim .
Desa ini punya area tambang kapur seluas 5 hektar. Area tambang ini menjadi aset desa. Sebagian sudah tak ditambang, namun sebagian lagi masih ditambang warga.
Tak ingin menyia-nyiakan aset desa itu, pada tahap awal Halim mengelola 1,5 hektar lahan bekas tambang untuk dijadikan tempat wisata yang dikelola BUMDes Sekapuk. Pemandangan di area bekas tambang ini sangat eksotik bak kastil-kastil zaman Yunani kuno.
Di sini ada danau buatan beserta jembatan peradaban, rumah honai Papua, wahana wisata air, spot foto, dinding topeng, candi topeng Nusantara, gerbang gaib, patung semar, goa pancawarna, hingga gunung kapur bekas tambang yang terlihat indah.
Halim mengaku, untuk mengerjakan lahan seluas 1,5 hektar itu menelan biaya kurang lebih Rp 2 miliar. Pembiayaan ditanggung bersama, desa dan warga. Desa mengeluarkan biaya Rp 222 juta untuk infrastruktur jalan. "Ada 387 warga yang jadi investor," ujar Halim seperti ditulis Timeindonesia.com.
Investasi itu dilakukan melalui taplus invest yang dikelola BUMDes. Satu lembar saham dihargai Rp 2.400.000 atau dengan skema menambung Rp 8000 per hari atau Rp 200.000 per bulan. Dana investasi warga inilah yang digunakan untuk membangun prasarana lainnya.
Kurang lebih setahun disiapkan, area wisata yang dikenal dengan sebutan Setigi itu mulai dibuka pada 1 Januari 2020. Setigi merupakan singkatan dari Selo (batu), Tirto (air), Giri (bukit).
Kerja keras Halim terbayar. Begitu dibuka, wisatawan berduyun-duyun datang. Tak hanya wisatawan lokal tapi juga dari mancanegara.
Untuk masuk lokasi ini wisatawan dikenakan biaya Rp 15.000 untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak.
Dengan adanya lokasi wisata ini, menurut Halim, kondisi perekonomian di desanya berubah drastis. Ada 289 tenaga kerja lokal terserap. Ditambah lagi, unit usaha tambang kapur yang dikelola BUMDes berhasil menyerap 350 tenaga kerja.
"Lapangan kerja baru itu terdiri dari stand kuliner, pegawai wisata setigi, home industri Dapur Mbok Inggih, dan pekerja tambang. Semuanya warga asli Sekapuk," kata Halim seperti ditulis Ngopibareng.com.
Penghasilan bersih BUMDes tahun ini diperkirakan mencapai Rp 4 miliar. Belum lagi usaha camilan Dapur Mbok Inggih yang memiliki target Rp 1,9 miliar pertahun.
Unit usaha itu, menurut Halim, mampu menyumbang pendapatan asli desa (PADes) sekitar Rp 1,5 miliar.
"Karena itu, kami berani mendeklarasikan sebagai Desa Miliarder. Karena perputaran uang di Sekapuk miliaran," kata Kades berambut gondrong ini.
Halim tak main-main, memang. Desa ini punya 5 unit mobil operasional dan puluhan sepeda listrik. Dari 5 unit itu, hanya satu mobil ambulan yang menggunakan dana desa.
Empat mobil lainnya dibeli dari pendapatan unit usaha yang dikelolanya sendiri. Jenis mobilnya juga tak main-main. Ada Alphard yang digunakan untuk pemerintah desa, Expander untuk BUMDes, Grand Livina untuk PKK, dan Mazda Double Cabin untuk wisata Setigi. Keempat mobil ini diberi stiker 'Toekoe DW' (beli sendiri).
Semua mobil dan sepeda listrik itu keluar kandang untuk konvoi saat acara deklarasi Desa Meliarder di bukit Setigi.
"Deklarasi Desa Miliarder ini bukan bertujuan untuk kesombongan, melainkan untuk memberi motivasi bagi yang lain agar bangkit di tengah pandemi," kata Halim. (FJR)
0 Response to "Melongok Desa Milyarder"
Posting Komentar